Selasa, 03 Januari 2012

Palembang 2 Sultan

Agaknya sejarah kembali berulang, Ketika Sri Wijaya runtuh hingga muncul Palembang Darussalam perlu masa 800 tahun. Demikian juga setelah pada 1823 Kesultanan Palembang Darussalam dibubarkan Belanda, perlu waktu lk.200 tahun untuk mengangkat Sultan yang baru!!!
Masalahnya ini bukan soalan yang mudah....
Pada tahun 2003 (Dzulhijjah 1423) Majlis Musyawarah Adat Kesultanan Palembang Darussalam resmi mengangkat Raden Muhammad Sjafei Prabu Diradja bin Raden Haji Abdul Hamid Prabu Diratdjah IV sebagai Sultan bagi Kesultanan Palembang Darussalam dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin Prabudiradja (Sultan Mahmud Badaruddin III). Beliau bersusur galur kepada Sultan Mahmud Badaruddin II dari selir/permaisuri ke 6 Ratu Ulu Zubaidah.
Tetapi tiga tahun kemudian pada tahun 2006 (Syawal 1427) Himpunan Zuriat Kesultanan Palembang Darussalam mengangkat Raden Mahmud Badaruddin bin Raden Harun Cek Syeh sebagai Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. Beliau bersusur galur kepada Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago (Sultan kedua Kesultanan Palembang Darussalam).
Menurut budayawan Palembang, Djohan Hanafiah, dari pengakuan keluarga turunan Sultan Mahmud Badaruddin II di Ternate, Belanda pernah menawarkan Sultan Mahmud Badaruddin II (saat beliau diasingkan ke Ternate oleh Belanda karena menggempur markas Belanda di Sungai Aur) agar mau kembali memimpin Palembang Darussalam. Tapi, tawaran itu ditepis Sultan Mahmud Badaruddin II.
"Beliau menolak lantaran tidak mau terjadi perpecahan di Palembang. Beliau pun berpesan, sebaiknya Kesultanan Palembang Darussalam dibubarkan," kata Djohan mengutip keterangan itu.
Jadi, tidaklah heran, setelah Belanda berhasil diusir dari nusantara, para turunan bangsawan di Palembang tidak mendeklarasikan Kesultanan Palembang Darussalam. Mereka memegang teguh amanat Sultan Mahmud Badaruddin II tersebut.
Hanya sebatas gelar adat. Tapi, perlu juga dicatat, dia bukan Sultan Palembang Darussalam seperti yang pernah dipegang Mahmud Badaruddin II. Melainkan simbol budaya untuk terus mengekalkan budaya dan nilai-nilai ketimuran agar terus bertahan hingga akhir zaman. Setuju!!!


Jadi Siapo nian sultan Palembang nan sekarang tu?
Aimak..tanyo dewek samo wong Palembang...makmano pacak milih kalo sejarahnyo bae idak ngerti..yo idak mangcek?
 
18 CommentsChronological   Reverse   Threaded
karimsh wrote on Nov 21, '07
He he he...siapo nian yeh???
karimsh wrote on Nov 21, '07, edited on Nov 21, '07
"Beliau menolak lantaran tidak mau terjadi perpecahan di Palembang. Beliau pun berpesan, sebaiknya Kesultanan Palembang Darussalam dibubarkan,"
Benar2 jiwa kepemimpinan Sejati :-)
sriandalas wrote on Nov 21, '07
heheh..nasib baik ini sultan buat pengayom budaya ya..
coba sultan yang benaran (penguasa negeri)..boleh jadi pertumpahan darah sesamo wong palembang...
basing bae mangcek...
karimsh wrote on Nov 21, '07
he he he...Sekarang nih bukan keturunan rajo2 yang nak pertumpahan darah, tapi rajo2 kecik di daerah (Gubernur/walikota/ Bupati) yang abes Pilkada, xixixixixixixix...samolah pecak di jawo kan (Solo & Yogya) sekarang nih cuma simbol bae....
sriandalas wrote on Nov 21, '07
heheh..ho'o..
tapi menurut aku 'sultan' itu perlu..(meski sebagai simbol budaya sajo)
tujuannyo makmano kito selalu ingat sopan-santun, budayo lamo, adat timur nan lah lamo nian idak kito pedulikan...
di solo..pernah juga ada 2 sunan, tapi akhirnya salah satu harus berbesar hati mengalah..di kesultanan cirebon juga ricuh 2 sultan...
Biasolah mangcek...sultan jaman dulu...selir tu banyak nian...
karimsh wrote on Nov 21, '07
tujuannyo makmano kito selalu ingat sopan-santun, budayo lamo, adat timur nan lah lamo nian idak kito pedulikan...
Setuju nian aku :-) tapi Sultan yg banyak selir nih, la perkaro biaso mang cek...la dasarnyo nian sultan2 yang kayo tuh ke kanjian nak bebini bae, xixixixixixixixixixixixixi=))
bambangpriantono wrote on Nov 21, '07
Memang kerajaan2 di Indonesia saat ini cuma sebagai simbol budaya kok. Kecuali Jogjakarta yang memang punya hak istimewa...sungguh hebat sistem republik ini ya
sriandalas wrote on Nov 22, '07
Sultan Jogja sudah bertekad mundur dari jabatan gubernur DIY, jika demikian maka kesultanan jogja akan sama dengan kesultanan2 lain di Indonesia yaitu hanya sebagai simbol budaya dan tidak masuk ke ranah politik...
Mungkinkah kehendak beliau ini untuk menegah tendensi sultan2 wilayah lain yang ingin masuk ke ranah politik dengan mengambil alasan DIY?
Bisa terpecah belah kan?
untung beliau berbesar hati undur dari panggung politik...
jadi harap maklum mungkin DIY (daerah Istimewa Yogya) nanti bakalan tidak istimewa lagi...karena sama dengan daerah lain (memilih gubernur dengan pilkada/pilihan raya dan bukan atas salasilah kraton/kesultanan)
tuneman wrote on Nov 22, '07
Prabudiradja
ada unsur2 Jawa yah?
sriandalas wrote on Nov 22, '07
mak itu lah...
(palembang for 'macam itu lah...')
agamfat wrote on Nov 22, '07
memang berbahaya sekali kalau raja-raja sekarang ingin menjadi bupati. Keluarga kedatuan (kerajaan) Luwu di Sulawesi Selatan sekarang juga menguasai bupati di daerah Luwu (Palopo, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur). orang masih memilih berdasarkan: dari keluarga mana dia.
berbahaya sekali kalau keluarga kerajaan menjadi pejabat publik, karena akan melestarikan feodalisme.

kembali ke tulisan awal, reputasi kraton akan semakin jatuh jika ada perebutan kekuasaan antara anak-anak raja sekarang. memang perlu kebesaran hati dari salah satu pihak untuk mengembalikan kejayaan (budaya) kraton
sriandalas wrote on Nov 22, '07
iya..
udah dengar yang di Maluku Utara itu?
Sultan Ternate tidak masuk calon gubernur..maka rusuhlah daerah itu..
orang mungkin sekarang masuk tahap post-modernisme...
romantisme kedatuan/kerajaan muncul lagi...

Contoh yang baik mungkin sebagaimana di semenanjung...atau jogja...
dimana sultan sebagai simbol budaya saja..
nysfadlun wrote on Feb 5, '08
I would like to say that u have a very- very special blog! very informatif! I hope you always write cover both side stories and with a backup from many resources.
Keep goin on!...It's nice to know your blog.
nikrakib wrote on May 27, '08
menarik sekali blog anda, nanti ada masa ingin load cerita dan foto untuk ngajar anak-anak di PSU Selatan Thailand
margani wrote on Jun 24, '09
Sultannyo ado duo ? Dak ngapo-ngapo, mang. Daripado sikok lemak duo. Iyo dak ? Untung dak tigo....empat....limo. Tambah banyak sultan tambah lemak. Tapi ngomong-ngomong, budaya Plembang tu nyang mak mano ? Bagian manonyo nyang nak dikekalkan ?
Comment deleted at the request of the author.
iksanra wrote on Oct 22, '09
Coba blajar di Kesultanan Tidore, ketika putera Sultan terakhir (Zaenal Abidin Syah ; mantan Gubernur Irian Barat) tidak bersedia dingkat jadi raja (udah jadi dosen di UGM?), Dewan Kerajaan bermusyawarah dan mengangkat Djafar Syah sebagai Sultan barunya dari rumpun keluarga Kesultanan Tidore, pada akhirnya semua bisa menerima keputusan itu. Walaupun tentunya dari pihak keluarga yg lain kurang sependapat. Namanya keputusan, adalah kesepakatan. Oleh karena itu, angkat dulu dewan kerajaan yang representatif, baru kemudian dewan ini mengangkat Sultan berdasarkan musyawarah. Yang penting Sultannya mampu menjaga budaya dan meningkatkan perannya sebagai pengemban misi Keimanan Islam di wilayah Palembang, sebagaimana maksud didirikannya Kesultanan Palembang waktu itu. dari R. Iksan A. Arsyad (Ternate).
keyus4559 wrote on Oct 22, '09
Semua pendapat di atas, aku hargai, meskipun menurut aku, duo sultan pacak kerja samo itu lebih baik, tapi mun ado pendapat lainnyo indak masalah, sendak-ndak-nyo segalo pendapat ini, pacak jadi acuan pemikiran dan menghasilkan kesimpulan terbaik bagi masa Depan Kesultanan yang kito cintai, okey !? Salam buat wong kiti galo
http://sriandalas.multiply.com/journal/item/163/SATU_KESULTANAN_DUA_SULTAN_ALAMAK_PELIKNYA....

1 komentar:

  1. Play the best live racing games on the internet in virtual reality
    Join in on the best live racing games on the internet in virtual reality. videodl.cc Virtual Reality (VR) Games. 7:07.

    BalasHapus